HARLA 1 LSBO KHALIFAH

Pentas Seni Untuk Amal Panti Asuhan Di Kota Manado, Yang Dibuka Dengan Seminar Budaya dan Pameran Foto Pendidikan LSBO Khalifah

PENDIDIKAN DAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU

Foto Bersama Pengurus LSBO Khalifah dan Anggota Baru Setelah Melewati Malam Pengukuhan dan Renungan Di Pondok Pesantren Al-Khairaat Mapanget Manado.

KORPS PUTRI LSBO KHALIFAH

Lagi Asyik Nonton and Menyemangati Tim Futsal Divisi Olahraga LSBO Khalifah..Bersemangat....!!!!

PENTAS SENI AWAL TAHUN

Foto Bersama Anggota Lembaga Seni Buadaya dan Olahraga Khalifah Di Acara Pentas Seni Awal Tahun Perkuliahan STAIN Manado

KORPS PUTRI LSBO KHALIFAH

Setelah Mengurusi Kegiatan, Anggota Korps Putri Masih Sempat Berfoto Ria ...... Masih Tetap Semangat... Bravo Korps Putri...

TAHUN BARU ISLAM

Anggota Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Memeriahkan Acara Satu Muharram 1431H Dengan Mengikuti Pawai Keliling Kota Manado Sulawesi Utara

LSBO KHALIFAH

Kalau Kau Tidak Ingin Diganggu Jangan Kau Mengganggu...!!! Sebab Kami Tidak Mau Diganggu...!!! Jika Kau Akan Melakukan Kerusakan Di STAIN Manado, Maka Kau Berhadapan Dengan Kami...!!!

LAIN PERGI YANG LAIN DATANG

Foto Bersama Pasca Pemutihan Anggota LEmbaga Seni Budaya dan Olahraga LSBO Khalifah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri STAIN Manado

Minggu, 06 Februari 2011

Antagonisme Politik Sebuah Pengantar

Oleh : Fitriani Lundeto

Antagonisme adalah unsur yang paling penting dalam politik; karena antagonisme ada, maka harus ada usaha untuk menghilangkan atau menguranginya guna mencapai integrasi sosial. Masalah utama dari antagonisme politik adalah bagaimana menentukan sebab-sebab dari antagonisme politik. Setiap doktrin politik menekankan satu sebab. Bagi kaum konservatif tradisional, perjuangan untuk merebut kekuasaan menempatkan “elite” –mereka yang mampu melaksanakan kekuasaan –melawan “masa” –mereka yang menolak untuk mengakui superioritas alami dari elite dan haknya untuk pemerintah. Beberapa orang juga mempertahankan bahwa ada ras-ras superior, yang ditentukan untuk berkuasa, dan ras-ras inferior, yang bisa berpartisipasi di dalam proses peradapan di bawah bimbingan ras-ras superior.

Kaum liberal menolak paham tentang ketidaksamaan alami di kalangan kelompok-kelompok sosial atau ras. Mereka melihat perjuangan politik sama seperti perjuangan ekonomi. Di dalam suatu masyarakat di mana tidak ada cukup benda-benda konsumsi untuk memuaskan permintaan umum, ada persaingan yang konstan di antara manusia, di mana setiap orang mencoba meraih keuntungan yang sebesar-besarnya bagi dirinya dengan merugikan orang lain. Hal ini menegaskan bahwa memegang posisi kekuasaan memberikan seseorang keuntungan yang sangat besar. Dari sini homo politicus  tidaklah berbeda dari homo economicus. Pergumulan politik mempunyai motif yang sama seperti persaingan ekonomi. Kedua-duanya adalah bentuk dari struggle for life, yang secara mendasar menempatkan satu spesies melawan yang lain, dan individu di dalam spesies melawan yang lainnya, menurut biologi Darwin.

Bagi kaum Marxis, antagonisme politik pada hakekatnya bersifat ekonomis, akan tetapi mereka lebih tergantung pada sistem produksi daripada persaingan bagi benda-benda konsumsi. Keadaan teknologi menentukan cara produksi (pertanian purba, pertanian feodal, dan industri pertanian), yang pada gilirannya menghasilkan kelas-kelas sosial; beberapa kelas mempunyai alat-alat produksi dan karena itu dominan, sedangkan yang lain hanya mempunyai kemampuan bekerja dan harus dijual jasanya kepada yang memiliki alat. Kelas yang terdiri dari pemilik harta benda mempergunakan keadaan itu untuk mempertahankan dominasinya terhadap kelas yang tidak mempunyai harta milik, yang secara alami menolak penindasan ini. Konsekuensinya, perjuangan politik disebabkan oleh perjuangan kelas.

Doktrin-doktrin Marxis melecehkan konflik politik atara kelompok-kelompok sosial selain konflik kelas (komunitas, daerah, bangsa, agama, ideologi dan lainnya) sebagai kelas dua. Kaum Marxis menganggapnya hanya sebagai pencerminan perjuangan kelas. Penjelasan tunggal yang meliputi segala-galanya ini kelihatannya tidak diterima. Faktor-faktor “sosialkultural”, di mana sejarah, tradisi, dan pendidikan memainkan bagian penting di samping faktor-faktor material, kelihatannya memberikan sumbangannya sendiri kepada antagonisme politik dan tidak bisa senantiasa dihubungkan dengan perjuangan kelas.

Lahirnya teori-teori psikoanalisa mutakhir menjelaskan motivasi psikologis tentang pergolakan-pergolakan politik. Konflik-konflik batin misalnya, menghasilkan frustasi yang berkembang ke dalam kecenderungan-kecenderungan agresi dan dominasi. Satu dari keutamaan analisa-analisa jenis ini adalah untuk menunjukkan bahwa homo politicus adalah sangat kompleks, dan keinginan bagi keuntungan material dari kekuasaan bukanlah selalu motif utama yang mendorongnya untuk memperolehnya. Benar, bahwa tidak ada yang lebih menjadi homo politicus; malahan, manusia secara keseluruhan terlibat di dalam kehidupan dengan berbagai macam aspek.

Kita bisa menggolongkan sebab-sebab yang berbeda-beda dari antagonisme politik dari beberapa aspek yaitu : ada yang bekerja pada tingkat individual seperti kecerdasan pribadi dan faktor psikologi; sedangkan yang lain ada yang bekerja pada tingkat kolektif, seperti faktor-faktor rasial, perbedaan di dalam kelas-kelas sosial, dan faktor-faktor sosialkultural. Setiap kategori sesuai dengan sebuah bentuk perjuangan politik. Perjuangan yang berputar di sekeliling kekuasaan terjadi terjadi di antara individu-individu, pada satu pihak, dan antar kelompok di pihak lain. Perjuangan merebut kekuasaan menempatkan individu-individu dalam persaingan dengan contoh semisal mendapatkan portofolio kabinet, kursi parlemen, pos untuk menjaga perfect, bintang-bintang jenderal, kabag, subbag, Pembantu Ketua, Ketua/Rektor, dan lain sebagainya. 

Di dalam kumpulan manusia yang besar, konflik-konflik individual ini dilipatgandakan oleh konflik-konflik universal antara kelompok di dalam masyarakat –ras, kelas, komunitas, lokal-korporasi-korporasi, bangsa-bangsa, dan lain sebagainya. Dua jenis perjuangan menjadi campur baur. Arti pentingnya masing-masing ditafsirkan serbaneka dari idologi politik serbaneka: idologi liberal terutama mempertimbangkan konflik-konflik kolektif; idiologi sosial dan idiologi konsrvatif berbuat persis sebaliknya, yang pertama menekankan konflik kelas, dan yang kedua, konflik di antara ras-ras atau “kelompok horizontal” (bangsa-bangsa, agama-agama, suku-suku, dan lain sebagainya).

Perang Politik Dan Sebuah Conspiracy


Kampus sebagai salah satu center of intellectuality memberikan ruang bagi berkembangnya berbagai ranah pemikiran, mulai dari yang kekiri–kirian sampai kiri abis (Liberal), atau yang kekanan-kananan sampai kanan abis (Fundamental), tapi tidak kurang juga yang berpemikiran moderat. Tapi itu hanyalah sebagian perspektif berfikir yang timpul dikalangan mahasiswa baik secara individu maupun kelompok karena kampus merupakan mimbar kebebasan untuk mengekspresikan setiap wacana pemikiran yang timbul. Begitupun mahasiswa yang lebih condong melihat permasalahan dari aspek akademisi dan selalu kritis. Terlepas dari aspek pemikiran dari setiap individu mahasiswa ada isu pokok main issue yang biasanya setiap tahun kita temui dalam ranah kampus yaitu Kongres mahasiswa dan Pemilihan raya. Peran mahasiswa untuk membangun kampus yang lebih dinamis merupakan tujuan dari regenerasi kepemimpinan bahkan menciptakan ruang kondusif bagi demokratisasi kampus.

Disinilah peta politik kampus kian memanas dimana setiap kelompok memainkan perannya masing-masing bahkan saling adu strategi politik sampai kepada politik praktis hingga akhirnya siapa yang lebih matang perencanaan dan pergerakannya maka merekalah yang memegang singgasana birokrasi kelembagaan. Dengan memobilisasi massa yang banyak dan pencitraan yang baik maka itu merupakan suatu strategi perang yang sebagian masih menjadi andalan dari kelompok-kelompok tertentu. Tapi tidak menutup kemungkinan dengan adanya kelompok yang mempunyai Teori tersendiri untuk bisa mematahkan dominasi atau status quo dari penguasa sebelumnya ”incumbant”. Hegemoni diktatokrat yang dibangun sebelumnya tidak beda jauh dengan sistem monarki keberpihakan di era orde baru, ini merupakan sebuah polemik dimana hanya kelompok tertentu yang mendominasi setiap peran penting yang ada. Bahkan hal ini berimbas kepada suatu ketidak seimbangnya tatanan masyarakat kampus.

Berbagai cara dipakai untuk meloloskan kepentingan hingga memanfaatkan issue sehingga bisa menjatuhkan lawan. Hanya saja setiap strategi yang dipakai selalu mempunyai kelemahan, suatu ketika dimana kebersamaan untuk membuat perubahan dengan saling menyatukan ideologi dan idealis melahirkan sebuah perlawanan dalam bentuk strategi Conspiracy dimana dibangunnya suatu koalisi serta penyatuan setiap elemen mahasiswa dan dijadikan sebagai kekuatan awal yang dibangun untuk memecah peta politik yang sudah diprediksikan oleh sebagian pemerhati kampus. Menyatukan sebuah gagasan dan sampai kepada suatu perlawanan yang dibuat melahirkan sebuah sejarah baru dan membuktikan bahwa perubahan pasti akan terjadi dimana kaum pelopor membuktikan eksistensi mereka belum mati bahkan kian bersatu. Bahkan ada istilah yang mengatakan “ideas are the moving forces of history” (gagasan adalah sebuah tenaga penggerak dalam sejarah). Kesepahaman yang dibangun dengan suatu tujuan yang murni untuk melihat perubahan menjadikan suatu kekuatan tersendiri dan bentuk kepedulian kampus sehingga apa yang dicita-cita kan bisa terwujud.

Hal inilah yang menguji setiap mahasiswa siap membesarkan kampus bukan membesarkan kaumnya masing-masing. Idealis kampus harus dibangun ketika kita berada didalam kampus, meminjam kata-kata senior saya yang juga merupakan guru spiritual bagi saya dan teman-teman yaitu saudara (Iklam Patonaung) beliau mengatakan bahwa” jangan kalian bertanya apa yang sudah kampus berikan kepada kalian tetapi bertanyalah apa yang sudah kalian berikan terhadap kampus”. Kata-kata beliau memiliki nilai filosofis dimana kita haruslah bermanfaat bagi kampus, tanyakan kepada diri kita sendiri apa yang sudah kita lakukan demi kepentingan kampus bukan pribadi dan kelompok, serta prestasi apa yang telah kita capai selama ini. 

Kita menyadari betapa penting dan berpengaruh setiap unsur yang ada di dalam sebuah sistem. entah pegawai, dosen, mahasiswa, pejabat, sumberdaya, fasilitas dan lain sebagainya. akan membawa ketidak seimbangan ketika ada bagian yang terabaikan. pertanyaannya adalah apakah setiap unsur yang ada di dalam sistem sadar akan keberadaanya ??? ada sebuah ungkapan yang menarik dari Kakanda Aditya Fathonah Toreh, "Keberadaan manusia di dalam sebuah sistem memiliki hukum yang kurang lebih seperti fikih ibadah. ada manusia keberadaanya di dalam sistem adalah Wajib, ada yang Sunnah, Makru, Mubah dan Haram." nah kita masuk dalam kategori yang mana ??? wallahu'alam bsb. 

Drs. Moh. Faisal Toreh


Drs. Moh. Faisal Toreh, adalah anak tertua dari perkawinan Naomi Toreh dan Tadashi Yamada (Perwira Kaygun) pada tahun 1945. Beliau di adobsi oleh kakak Naomi Toreh yaitu Simon Toreh dan Isterinya Heli Ratulangi di Jakarta, sehingga beliau menggunakan marga Toreh. setelah mendapatkan pendidikan yang keras dari keluarga tentang kemandirian, dan dengan berbagai kontroversi kehidupan dan status keluarga, setelah menyelesaikan studi Strata Satu, beliau merantau ke Kota Bitung Sulawesi Utara dengan mencoba mecari jati dirinya yang sempat disembunyikan oleh pihak keluarga di Minahasa. semasa perantauan, beliau terkenal dengan sosok pekerja keras dan sopan serta setiakawan. sadar akan tuntutan manusiawinya, beliau  menikah dengan Djubaidah T. Dunggio pada tahun 1970 dengan sebelumnya melewati proses yang teramat panjang untuk bisa menikah. Perkawinan beliau dikaruniai empat orang anak yaitu : 1. Nurdiana F. Toreh, 2. Avianti F. Toreh, 3. Hamdani F. Toreh dan 4. Aditya F. Toreh. banyak hal yang diberikan oleh beliau kepada keluarga baik pendidikan cinta kasih, kemandirian, disiplin dan lain sebagainya. Beliau (Drs. Moh. Faisal Toreh) Meninggal pada tangal 4 Mei Tahun 2000.

Pada bagian bawah dilampirkan beberapa dokumen yang pernah diusahakan oleh Drs. Moh. Faisal Toreh untuk mencari Ayahnya melalui kedutaan Jepang di Indonesia yaitu berupa foto surat keteragan yang disusun guna keperluan Kedutaan Jepang di Indonesia dalam penelusuran keluarga atau Ayah dari Drs. Moh. Faisal Toreh (Tadashi Yamada) tetapi pihak keluarga mengalami kebuntuan dalam penelusuran keluarga di kedutaan Jepang di Indonesia sebab ada kesan di biarkan dan dipersulit oleh pihak kedutaan. Sesungguhnya Drs. Moh. Faisal Toreh dan dari pihak keluarga tidak menginginkan hal yang lebih dari pencarian Tadashi Yamada, sebab kami telah hidup dalam keadaan yang cukup. Hal yang paling diinginkan oleh almarhum Drs. Moh. Faisal Toreh adalah dapat bertemu langsung dengan ayahanda tercinta Tadashi Yamada. atau jika telah meninggal bisa diberikan foto Tadashi Yamada untuk bisa diperkenalkan kepada anak keturunan di kemudian hari.



Aditya Fathonah Toreh


Aditya Fathonah Toreh lahir di Kota Bitung 23 Maret 1979 berbintang Aries menurut Horoskop Yunani.  Beliau adalah anak ke empat dari empat bersaudara. Ayahnya bernama Drs. Mohammad Faisal Toreh keturunan bangsa Jepang dari Suku Minahasa dan ibunya bernama Dzubaidah T. Dunggio Keturunan Suku Gorontalo. Di dalam keluarga beliau diajarkan kedisiplinan, mandiri dan tanggung jawab oleh orang tuanya. Di usianya yang baru 12 tahun oleh orang tuanya ditempatkan di rumah sang kakek Imam H. Hasan Djafar (alm) di Kelurahan Kakenturan. Pendidikan SD - SMA di Kota Bitung yang terkenal Kota tiga dimensi dengan segala keunikannya sebagai kota pelabuhan jalur perdagangan kawasan timur Indonesia. Adit panggilan akrabnya melalui pendidikan SD di SDN I Kota Bitung kemudian beliau dengan kebijakan orang tua  dipindahkan ke SD Inpres Pateten dengan alasan yang tidak jelas. Jenjang menengah pertama bersekolah di Madrasah Tsanawiyah Yaspib Kakenturan dan pendidikan Lanjutan Atas di STM Bitung yang sekarang dikenal dengan SMKN 2 Bitung. Riwayat pendidikannya banyak mengalami campurtangan orang tua sampai pada lanjutan atas dia dipindahkan ke Pulau Jawa Timur tepatnya di Kabupaten Jombang untuk menimbah ilmu agama, lagi-lagi atas kebijakan orang tua, walaupun pada saat yang bersamaan, kawan Adit masuk peringkat ke 4 dari 60 siswa pilihan yang akan mewakili STM Bitung dalam kegiatan dua tahunan yaitu studi banding ke Davao Philipina. Semasa di pesantren, Adit terkenal dengan semangat dan pemikiran pembaharuannya yang agak heroik, dikalangan teman-temannya beliau dikenal dengan sang murah senyum dan senang bergurau serta tidak memilih kawan untuk menolong jika pertolongannya dibutuhkan. Banyak sistem dan kebiasaan pesantren yang dirubahnya baik dari metode pengajaran pengkajian kitab sampai pada metode pendalaman pencak silat, beliau menjadi sangat akrab dengan sang guru kyai Badhlowi Yasin karena tidak pernah ada kata malu untuk bertanya tentang pelajaran yang dianggapnya terlalu dokmatik dan yang masih samar hukumnya termasuk beberapa pembahasan dalam kitab nashoqul ibbat , Ta’lim Muta’alim dan lain sebagainya. Karena postur tubuh yang lebih besar dari santri jawa pada umumnya, dengan pertimbangan fisik oleh Gus Bakhtiar, Adit dipercayakan menjadi asisten pelatih pencak silat bidang olah fisik PPNU Pagar Nusa Kec. Kesamben. Setelah menyelesaikan studinya di SMUN I Modjokerto, ayahanda tercinta berpulang ke rahmatullah pada tanggal 5 Mei 2000 dengan berat hati niat untuk melanjutkan studi ke Strata satu IAIN Sunan Ampel dibatalkan dan kali pertama kawan Adit memilih untuk menimbah ilmu dengan pilihannya adalah STAIN Manado. pada semester awal di Jurusan Syari’ah diangkat menjadi koordinator pengembangan intelektual untuk Dewan Racana Kyai Modjo 461 dan bersamaan dengan itu beliau terpilih menjadi Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan HMJ Syari’ah yang kemudian terpilih menjadi Ketua BEMJ Syari’ah perubahan dari HMJ Syari’ah. Selama menerima pendidikan di STAIN Manado kawan Adit aktif di beberapa organisasi intra kampus diantaranya pramuka, KSEI Fron Perjuangan Mahasiswa Mu’amalah, Studi Club Syari’ah dan lain sebagainya. Beliau banyak menerima undangan keluar provinsi untuk mewakili STAIN Manado dalam acara-acara pertemuan mahasiswa se-Indonesia dan beberapa kali menyampaikan ide dalam bentuk tulisan di depan forum mahasiswa se-Indonesia, saking percayanya  akan kapasitas intelektual dan pendidikan di STAIN Manado oleh mahasiswa se-Indonesia, dipilihlah Aditya Fathonah Toreh sebagai Presidium Nasional FoSSEI Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam. Tetapi jauh sebelum aktif di FoSSEI kawan adit telah bergabung dengan LSBO dan termasuk salah satu pendiri LSBO yang pada waktu itu bernama LSBO Intifada. Kemudian beliau juga pernah menjabat Sekretaris Komisariat PMII STAIN Manado. Di lingkungan teman-teman mahasiswa kawan Adit terkenal dengan tukang guyon dan terkadang terlihat kocak dengan istilah mambo karma rambutnya yang pirang dengan kesan tidak pernah dikeramasi dengan kaos oblong hitam warna kegemarannya + celana levis robek sedikit berwarna kecoklatan karena sudah seminggu belum dicuci menambah keunikannya. Tetapi siapa menyangka pada akhir tahun 2004 kawan kita ini mengalami goncangan berat karena bias politik kampus, selain mosi tidak percaya yang diarahkan ke Adit banyak lagi fitnahan dan cacian yang dia terima baik dari bentuk pembusukan nama baik dengan mengecap Adit sebagai mahasiswa oportunis, penjilat birokrasi, pelindung Danial Alwi dan kroninya, pengkhianat warga pergerakan bahkan yang lebih parah lagi dituduh menghamili anak orang. Keberhasilan seorang Adit yang tadinya terkenal dengan sosok yang baik dan bisa akrab dengan siapa saja kemudian memiliki karisma sebagai seorang pemimpin hilang bagai ditelan bumi, sehingga ada anggapan dia lari dengan persoalannya. Picik, licik dan munafik adalah keinginan sebagian orang yang hanya mementingkan perutnya saja dengan sadis harus mengkambing hitamkan sosok Adit di hadapan mahasiswa dan petinggi kampus. Alhamdulillah semua yang pernah terjadi dan yang akan terjadi sampai hari ini dianggapnya sebagai bagian dari proses pencerdasan. sejak tahun 2003 sampai sekarang beliau masih aktif dan mengabdikan diri pada LSBO Khalifah di Divisi Litbang dan sekarang beliau diangkat menjadi Dewan Pertimbangan Organisasi dengan sisa-sisa ketahanan idealisme memperjuangkan pengembangan kapasitas intelektual mahasiswa khususnya mahasiswa STAIN Manado yang tergabung dalam Lembaga Seni Budaya Dan Olah Raga. Terakhir ada semboyan bagus dari kawan adit yang sering dikumandangkan kepada anggota LSBO Khalifah dan seharusnya menjadi motivasi kita “Tunduk Tertindas Atau Bangkit Melawan Sebab Diam Adalah Penghianatan(Udin)

Sabtu, 05 Februari 2011

Perang Politik Dan Sebuah Conspiracy

Oleh :
Hanifa Limpong (Ifa)
Korps Putri LSBO Khalifah

Kampus sebagai salah satu center of intellectuality memberikan ruang bagi berkembangnya berbagai ranah pemikiran, mulai dari yang kekiri–kirian sampai kiri abis (Liberal), atau yang kekanan-kananan sampai kanan abis (Fundamental), tapi tidak kurang juga yang berpemikiran moderat. Tapi itu hanyalah sebagian perspektif berfikir yang timpul dikalangan mahasiswa baik secara individu maupun kelompok karena kampus merupakan mimbar kebebasan untuk mengekspresikan setiap wacana pemikiran yang timbul. Begitupun mahasiswa yang lebih condong melihat permasalahan dari aspek akademisi dan selalu kritis. Terlepas dari aspek pemikiran dari setiap individu mahasiswa ada isu pokok main issue yang biasanya setiap tahun kita temui dalam ranah kampus yaitu Kongres mahasiswa dan Pemilihan raya. Peran mahasiswa untuk membangun kampus yang lebih dinamis merupakan tujuan dari regenerasi kepemimpinan bahkan menciptakan ruang kondusif bagi demokratisasi kampus.

Disinilah peta politik kampus kian memanas dimana setiap kelompok memainkan perannya masing-masing bahkan saling adu strategi politik sampai kepada politik praktis hingga akhirnya siapa yang lebih matang perencanaan dan pergerakannya maka merekalah yang memegang singgasana birokrasi kelembagaan. Dengan memobilisasi massa yang banyak dan pencitraan yang baik maka itu merupakan suatu strategi perang yang sebagian masih menjadi andalan dari kelompok-kelompok tertentu. Tapi tidak menutup kemungkinan dengan adanya kelompok yang mempunyai Teori tersendiri untuk bisa mematahkan dominasi atau status quo dari penguasa sebelumnya ”incumbant”. Hegemoni diktatokrat yang dibangun sebelumnya tidak beda jauh dengan sistem monarki keberpihakan di era orde baru, ini merupakan sebuah polemik dimana hanya kelompok tertentu yang mendominasi setiap peran penting yang ada. Bahkan hal ini berimbas kepada suatu ketidak seimbangnya tatanan masyarakat kampus.

Berbagai cara dipakai untuk meloloskan kepentingan hingga memanfaatkan issue sehingga bisa menjatuhkan lawan. Hanya saja setiap strategi yang dipakai selalu mempunyai kelemahan, suatu ketika dimana kebersamaan untuk membuat perubahan dengan saling menyatukan ideologi dan idealis melahirkan sebuah perlawanan dalam bentuk strategi Conspiracy dimana dibangunnya suatu koalisi serta penyatuan setiap elemen mahasiswa dan dijadikan sebagai kekuatan awal yang dibangun untuk memecah peta politik yang sudah diprediksikan oleh sebagian pemerhati kampus. Menyatukan sebuah gagasan dan sampai kepada suatu perlawanan yang dibuat melahirkan sebuah sejarah baru dan membuktikan bahwa perubahan pasti akan terjadi dimana kaum pelopor membuktikan eksistensi mereka belum mati bahkan kian bersatu. Bahkan ada istilah yang mengatakan “ideas are the moving forces of history” (gagasan adalah sebuah tenaga penggerak dalam sejarah). Kesepahaman yang dibangun dengan suatu tujuan yang murni untuk melihat perubahan menjadikan suatu kekuatan tersendiri dan bentuk kepedulian kampus sehingga apa yang dicita-cita kan bisa terwujud.

Hal inilah yang menguji setiap mahasiswa siap membesarkan kampus bukan membesarkan kaumnya masing-masing. Idealis kampus harus dibangun ketika kita berada didalam kampus, meminjam kata-kata senior saya yang juga merupakan guru spiritual bagi saya dan teman-teman yaitu saudara (Iklam Patonaung) beliau mengatakan bahwa” jangan kalian bertanya apa yang sudah kampus berikan kepada kalian tetapi bertanyalah apa yang sudah kalian berikan terhadap kampus”. Kata-kata beliau memiliki nilai filosofis dimana kita haruslah bermanfaat bagi kampus, tanyakan kepada diri kita sendiri apa yang sudah kita lakukan demi kepentingan kampus bukan pribadi dan kelompok, serta prestasi apa yang telah kita capai selama ini. 

Kita menyadari betapa penting dan berpengaruh setiap unsur yang ada di dalam sebuah sistem. entah pegawai, dosen, mahasiswa, pejabat, sumberdaya, fasilitas dan lain sebagainya. akan membawa ketidak seimbangan ketika ada bagian yang terabaikan. pertanyaannya adalah apakah setiap unsur yang ada di dalam sistem sadar akan keberadaanya ??? ada sebuah ungkapan yang menarik dari Kakanda Aditya Fathonah Toreh, "Keberadaan manusia di dalam sebuah sistem memiliki hukum yang kurang lebih seperti fikih ibadah. ada manusia keberadaanya di dalam sistem adalah Wajib, ada yang Sunnah, Makru, Mubah dan Haram." nah kita masuk dalam kategori yang mana ??? wallahu'alam bsb. 

Hamzah Makaluas


Hamzah Makaluas, adalah mahasiswa STAIN manado yang memilih jurusan Tarbiyah  sebagai jurusan faforitnya… Mengapa Tarbiyah…? Karena ia menganggap bahwa pendidikan di Negara ini sangatlah kurang, oleh karna itu ia ingin anak-anak mudah bangsa kita ini bisa mendapatkan pendidikan dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain dan juga ia ingin anak-anak muda bangsa kita ini mendapat pendidikan yang merata tidak mementingkan golongan, ras, suku, agama, miskin, kaya, dll. Hamzah Makaluas atau yang biasa disapa dengan zha.., merupakan anak pertama dari Ayah: Mukdar Makaluas, dan Ibu: Rafna Binilang. Zha, di didik dengan penuh kasih sayang oleh kedua orang tuanya dan di lanndasi dengan moral-moral agama agar dikemudian hari menjadi anak yang berhasil.  HM, terlahir di bitung 26 Januari 1989, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang di mana kedua adiknya adalah perempuan, dan akan menjadi tanggung jawabnya nanti. Zha menempuh bangku sekolah mulai dari SD Negeri Paudean, SMP Al Khairat Manado, SMA?/MA YASPIB Bitung, dan sekarang duduk di kelas semester  VIII jurusan Tarbiyah/PAI. LSBO Khalifah adalah salah satu wadah yang di pilih Zha untuk mengembangkan kreatifitasnya baik itu intelektual maupun bakatnya. Zha memiliki jabatan Organisasi yang sangat baik di Divisi LitBang (penilitian dan pengembangan) sebagai koordinator kajian keilmuan pada tahun 2009-2010. Bersama teman-temannya dalam divisi ini ia ingin LSBO Khalifah di kemudian hari melahirkan anak-anak yang berintelektual  dan berbakat yang mampu bersaing dengan anak-anak lain baik local maupun internasional yang bisa mengharumkan nama LSBO Khalifah dan juga STAIN Manado, yang dimana semua itu sesuai dengan cita-citanya. Pada tahun 2011 beliau mencalonkan diri sebagai Ketua Umum LSBO khalifah pada MUSKAL ke V dan dalam perhitungan suara beliau memiliki suara mayoritas. Akan tetapi sebagaimana adat kebiasaan LSBO Khalifah yang selalu mendahukan nilai keikhlasan dan kesiapan dalam memimpin, maka suara terbanyak belum pasti menjadi Ketua Umum LSBO Khalifah tetapi dikembalikan lagi pada forum musyawarah calon Ketua LSBO Khalifah.
Suatu prinsip yang di pegang oleh zha adalah…”suatu keberhasilan bukanlah di ukur dengan prestasi yang ia dapat tapi suatu keberhasilan adalah bagaimana bisa/dapat membantu orang lain untuk berhasil …….. {Hakim}

MOHON MAAF KEPADA PARA PENGUNJUNG BLOG LSBO KHALIFAH DALAM PROSES PERBAIKAN.........