Minggu, 06 Februari 2011

Aditya Fathonah Toreh


Aditya Fathonah Toreh lahir di Kota Bitung 23 Maret 1979 berbintang Aries menurut Horoskop Yunani.  Beliau adalah anak ke empat dari empat bersaudara. Ayahnya bernama Drs. Mohammad Faisal Toreh keturunan bangsa Jepang dari Suku Minahasa dan ibunya bernama Dzubaidah T. Dunggio Keturunan Suku Gorontalo. Di dalam keluarga beliau diajarkan kedisiplinan, mandiri dan tanggung jawab oleh orang tuanya. Di usianya yang baru 12 tahun oleh orang tuanya ditempatkan di rumah sang kakek Imam H. Hasan Djafar (alm) di Kelurahan Kakenturan. Pendidikan SD - SMA di Kota Bitung yang terkenal Kota tiga dimensi dengan segala keunikannya sebagai kota pelabuhan jalur perdagangan kawasan timur Indonesia. Adit panggilan akrabnya melalui pendidikan SD di SDN I Kota Bitung kemudian beliau dengan kebijakan orang tua  dipindahkan ke SD Inpres Pateten dengan alasan yang tidak jelas. Jenjang menengah pertama bersekolah di Madrasah Tsanawiyah Yaspib Kakenturan dan pendidikan Lanjutan Atas di STM Bitung yang sekarang dikenal dengan SMKN 2 Bitung. Riwayat pendidikannya banyak mengalami campurtangan orang tua sampai pada lanjutan atas dia dipindahkan ke Pulau Jawa Timur tepatnya di Kabupaten Jombang untuk menimbah ilmu agama, lagi-lagi atas kebijakan orang tua, walaupun pada saat yang bersamaan, kawan Adit masuk peringkat ke 4 dari 60 siswa pilihan yang akan mewakili STM Bitung dalam kegiatan dua tahunan yaitu studi banding ke Davao Philipina. Semasa di pesantren, Adit terkenal dengan semangat dan pemikiran pembaharuannya yang agak heroik, dikalangan teman-temannya beliau dikenal dengan sang murah senyum dan senang bergurau serta tidak memilih kawan untuk menolong jika pertolongannya dibutuhkan. Banyak sistem dan kebiasaan pesantren yang dirubahnya baik dari metode pengajaran pengkajian kitab sampai pada metode pendalaman pencak silat, beliau menjadi sangat akrab dengan sang guru kyai Badhlowi Yasin karena tidak pernah ada kata malu untuk bertanya tentang pelajaran yang dianggapnya terlalu dokmatik dan yang masih samar hukumnya termasuk beberapa pembahasan dalam kitab nashoqul ibbat , Ta’lim Muta’alim dan lain sebagainya. Karena postur tubuh yang lebih besar dari santri jawa pada umumnya, dengan pertimbangan fisik oleh Gus Bakhtiar, Adit dipercayakan menjadi asisten pelatih pencak silat bidang olah fisik PPNU Pagar Nusa Kec. Kesamben. Setelah menyelesaikan studinya di SMUN I Modjokerto, ayahanda tercinta berpulang ke rahmatullah pada tanggal 5 Mei 2000 dengan berat hati niat untuk melanjutkan studi ke Strata satu IAIN Sunan Ampel dibatalkan dan kali pertama kawan Adit memilih untuk menimbah ilmu dengan pilihannya adalah STAIN Manado. pada semester awal di Jurusan Syari’ah diangkat menjadi koordinator pengembangan intelektual untuk Dewan Racana Kyai Modjo 461 dan bersamaan dengan itu beliau terpilih menjadi Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan HMJ Syari’ah yang kemudian terpilih menjadi Ketua BEMJ Syari’ah perubahan dari HMJ Syari’ah. Selama menerima pendidikan di STAIN Manado kawan Adit aktif di beberapa organisasi intra kampus diantaranya pramuka, KSEI Fron Perjuangan Mahasiswa Mu’amalah, Studi Club Syari’ah dan lain sebagainya. Beliau banyak menerima undangan keluar provinsi untuk mewakili STAIN Manado dalam acara-acara pertemuan mahasiswa se-Indonesia dan beberapa kali menyampaikan ide dalam bentuk tulisan di depan forum mahasiswa se-Indonesia, saking percayanya  akan kapasitas intelektual dan pendidikan di STAIN Manado oleh mahasiswa se-Indonesia, dipilihlah Aditya Fathonah Toreh sebagai Presidium Nasional FoSSEI Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam. Tetapi jauh sebelum aktif di FoSSEI kawan adit telah bergabung dengan LSBO dan termasuk salah satu pendiri LSBO yang pada waktu itu bernama LSBO Intifada. Kemudian beliau juga pernah menjabat Sekretaris Komisariat PMII STAIN Manado. Di lingkungan teman-teman mahasiswa kawan Adit terkenal dengan tukang guyon dan terkadang terlihat kocak dengan istilah mambo karma rambutnya yang pirang dengan kesan tidak pernah dikeramasi dengan kaos oblong hitam warna kegemarannya + celana levis robek sedikit berwarna kecoklatan karena sudah seminggu belum dicuci menambah keunikannya. Tetapi siapa menyangka pada akhir tahun 2004 kawan kita ini mengalami goncangan berat karena bias politik kampus, selain mosi tidak percaya yang diarahkan ke Adit banyak lagi fitnahan dan cacian yang dia terima baik dari bentuk pembusukan nama baik dengan mengecap Adit sebagai mahasiswa oportunis, penjilat birokrasi, pelindung Danial Alwi dan kroninya, pengkhianat warga pergerakan bahkan yang lebih parah lagi dituduh menghamili anak orang. Keberhasilan seorang Adit yang tadinya terkenal dengan sosok yang baik dan bisa akrab dengan siapa saja kemudian memiliki karisma sebagai seorang pemimpin hilang bagai ditelan bumi, sehingga ada anggapan dia lari dengan persoalannya. Picik, licik dan munafik adalah keinginan sebagian orang yang hanya mementingkan perutnya saja dengan sadis harus mengkambing hitamkan sosok Adit di hadapan mahasiswa dan petinggi kampus. Alhamdulillah semua yang pernah terjadi dan yang akan terjadi sampai hari ini dianggapnya sebagai bagian dari proses pencerdasan. sejak tahun 2003 sampai sekarang beliau masih aktif dan mengabdikan diri pada LSBO Khalifah di Divisi Litbang dan sekarang beliau diangkat menjadi Dewan Pertimbangan Organisasi dengan sisa-sisa ketahanan idealisme memperjuangkan pengembangan kapasitas intelektual mahasiswa khususnya mahasiswa STAIN Manado yang tergabung dalam Lembaga Seni Budaya Dan Olah Raga. Terakhir ada semboyan bagus dari kawan adit yang sering dikumandangkan kepada anggota LSBO Khalifah dan seharusnya menjadi motivasi kita “Tunduk Tertindas Atau Bangkit Melawan Sebab Diam Adalah Penghianatan(Udin)

MOHON MAAF KEPADA PARA PENGUNJUNG BLOG LSBO KHALIFAH DALAM PROSES PERBAIKAN.........