Sabtu, 05 Februari 2011

Perang Politik Dan Sebuah Conspiracy

Oleh :
Hanifa Limpong (Ifa)
Korps Putri LSBO Khalifah

Kampus sebagai salah satu center of intellectuality memberikan ruang bagi berkembangnya berbagai ranah pemikiran, mulai dari yang kekiri–kirian sampai kiri abis (Liberal), atau yang kekanan-kananan sampai kanan abis (Fundamental), tapi tidak kurang juga yang berpemikiran moderat. Tapi itu hanyalah sebagian perspektif berfikir yang timpul dikalangan mahasiswa baik secara individu maupun kelompok karena kampus merupakan mimbar kebebasan untuk mengekspresikan setiap wacana pemikiran yang timbul. Begitupun mahasiswa yang lebih condong melihat permasalahan dari aspek akademisi dan selalu kritis. Terlepas dari aspek pemikiran dari setiap individu mahasiswa ada isu pokok main issue yang biasanya setiap tahun kita temui dalam ranah kampus yaitu Kongres mahasiswa dan Pemilihan raya. Peran mahasiswa untuk membangun kampus yang lebih dinamis merupakan tujuan dari regenerasi kepemimpinan bahkan menciptakan ruang kondusif bagi demokratisasi kampus.

Disinilah peta politik kampus kian memanas dimana setiap kelompok memainkan perannya masing-masing bahkan saling adu strategi politik sampai kepada politik praktis hingga akhirnya siapa yang lebih matang perencanaan dan pergerakannya maka merekalah yang memegang singgasana birokrasi kelembagaan. Dengan memobilisasi massa yang banyak dan pencitraan yang baik maka itu merupakan suatu strategi perang yang sebagian masih menjadi andalan dari kelompok-kelompok tertentu. Tapi tidak menutup kemungkinan dengan adanya kelompok yang mempunyai Teori tersendiri untuk bisa mematahkan dominasi atau status quo dari penguasa sebelumnya ”incumbant”. Hegemoni diktatokrat yang dibangun sebelumnya tidak beda jauh dengan sistem monarki keberpihakan di era orde baru, ini merupakan sebuah polemik dimana hanya kelompok tertentu yang mendominasi setiap peran penting yang ada. Bahkan hal ini berimbas kepada suatu ketidak seimbangnya tatanan masyarakat kampus.

Berbagai cara dipakai untuk meloloskan kepentingan hingga memanfaatkan issue sehingga bisa menjatuhkan lawan. Hanya saja setiap strategi yang dipakai selalu mempunyai kelemahan, suatu ketika dimana kebersamaan untuk membuat perubahan dengan saling menyatukan ideologi dan idealis melahirkan sebuah perlawanan dalam bentuk strategi Conspiracy dimana dibangunnya suatu koalisi serta penyatuan setiap elemen mahasiswa dan dijadikan sebagai kekuatan awal yang dibangun untuk memecah peta politik yang sudah diprediksikan oleh sebagian pemerhati kampus. Menyatukan sebuah gagasan dan sampai kepada suatu perlawanan yang dibuat melahirkan sebuah sejarah baru dan membuktikan bahwa perubahan pasti akan terjadi dimana kaum pelopor membuktikan eksistensi mereka belum mati bahkan kian bersatu. Bahkan ada istilah yang mengatakan “ideas are the moving forces of history” (gagasan adalah sebuah tenaga penggerak dalam sejarah). Kesepahaman yang dibangun dengan suatu tujuan yang murni untuk melihat perubahan menjadikan suatu kekuatan tersendiri dan bentuk kepedulian kampus sehingga apa yang dicita-cita kan bisa terwujud.

Hal inilah yang menguji setiap mahasiswa siap membesarkan kampus bukan membesarkan kaumnya masing-masing. Idealis kampus harus dibangun ketika kita berada didalam kampus, meminjam kata-kata senior saya yang juga merupakan guru spiritual bagi saya dan teman-teman yaitu saudara (Iklam Patonaung) beliau mengatakan bahwa” jangan kalian bertanya apa yang sudah kampus berikan kepada kalian tetapi bertanyalah apa yang sudah kalian berikan terhadap kampus”. Kata-kata beliau memiliki nilai filosofis dimana kita haruslah bermanfaat bagi kampus, tanyakan kepada diri kita sendiri apa yang sudah kita lakukan demi kepentingan kampus bukan pribadi dan kelompok, serta prestasi apa yang telah kita capai selama ini. 

Kita menyadari betapa penting dan berpengaruh setiap unsur yang ada di dalam sebuah sistem. entah pegawai, dosen, mahasiswa, pejabat, sumberdaya, fasilitas dan lain sebagainya. akan membawa ketidak seimbangan ketika ada bagian yang terabaikan. pertanyaannya adalah apakah setiap unsur yang ada di dalam sistem sadar akan keberadaanya ??? ada sebuah ungkapan yang menarik dari Kakanda Aditya Fathonah Toreh, "Keberadaan manusia di dalam sebuah sistem memiliki hukum yang kurang lebih seperti fikih ibadah. ada manusia keberadaanya di dalam sistem adalah Wajib, ada yang Sunnah, Makru, Mubah dan Haram." nah kita masuk dalam kategori yang mana ??? wallahu'alam bsb. 

0 komentar :

Posting Komentar

MOHON MAAF KEPADA PARA PENGUNJUNG BLOG LSBO KHALIFAH DALAM PROSES PERBAIKAN.........