Rabu, 19 September 2012

Rekrut Mahasiswa Baru, LPT Buat Dosa Baru



Anggota LSBO Khalifah


Setiap pergantian tahun ajaran baru, para birokrasi LPT disibukkan dengan kegiatan mencari mahasiswa baru untuk menambah kuantitas lembaga perguruan tinggi yang ada. Tidak perduli walaupun pada kenyataannya banyak yang melakukan sosialisasi hanya sekedar untuk rekreasi belaka atau hanya sekedar mendapatkan honorisasi dari kegiatan tersebut, sehingga kebanyakan pada masalah-masalah seperti ini mahasiswa lama sering dan tidak sama sekali dilibatkan, alasannya pasti model "zaman batu", bahwa mahasiswa lama yang ikut dalam sosialisasi dalam segi pemberian honorisasi misalnya dimasukkan atau digolongkan pada golongan yang mana, golongan 'A', golongan 'B' atau golongan 'Syetan', terlepas dari semua itu, penulis berasumsi bahwa mahasiswa lama mempunyai andil yang sangat besar dalam perekrutan mahasiswa baru, sebab mahasiswa lama pergaulannya lebih luas di samping itu banyak dari sekian mereka yang membina badan tadzkir, club-club olahraga, lembaga seni, yang ada di SMU/SMA/MAN tersebut dibandingkan dengan tim sosialisasi yang hanya melibatkan para dosen, staf/karyawan yang sudah dimakan usia dan sudah dirindukan oleh cacing-cacing tanah yang telah merasa kelaparan. Pertanyaan sekarang adalah mengapa mahasiswa lama dalam proses sosialisasi tidak sama sekali dilibatkan? Apakah para birokrasi LPT tidak mau kalau mahasiswa lama mengobok-obok kejelekan dan keburukan kampusnya sendiri? Ataukah para birokrasi LPT takut kalau pamflef, brosur dan spanduk yang bertuliskan bahwa kampus mereka adalah "Unggul dan Berkualitas" serta janji-janji lainnya untuk dapat mempengaruhi mereka agar masuk di LPT akan bertentangan dengan pemikiran dari mahasiswa lama? Paradoksal di atas merupakan imbas dari LPT yang tidak percaya diri dengan kekurangan mereka miliki selama ini, sehingga dengan sewenang-wenangnya mereka berbuat hal-hal yang dianggap tidak sejalan dengan identitas LPT yang dipimpinnya, bahkan jika perlu main suap asalkan sang anak dapat masuk di lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Agar tidak terjebak pada janji-janji yang sifatnya semu, maka sudah saatnya LPT mengubah sistem sosialisasi yang selama ini mereka tempuh dengan cara memaparkan apa adanya, tanpa ada pembohongan kepada publik, sehingga kita dapat terhindar dari 'lingkaran dosa' serta berusaha untuk memperbaiki sistem yang selama ini dilakukan untuk menjadikan para lulusannya menjadi lebih baik diantara yang terbaik, baik dari segi peningkatan kualitas dosen, sistem kurikulum, manajemen sehingga dengan hal ini masyarakat akan sadar dan paham bahwa LPT tersebut itu benar-benar berkualitas dan bergengsi, maka dengan sendirinya mereka akan memasukkan anak-anaknya untuk masuk dan berlomba-lomba ke LPT yang dianggapnya mewakili apa yang diharapkannya dan inilah salah satu cara untuk mensosialisasikan LPT tanpa menghambur-hamburkan dana yang mencapai puluhan juta tetapi hasilnya nihil. 

Namun perlu disadari menjadi seorang sarjana adalah dilema besar. Jika mereka tak mampu berbuat apa-apa, maka bukan hanya masyarakat yang mencela. LPT tempat mereka berproses, sebagai sarjanapun juga ikut menyalahkan. Benarkah, banyaknya sarjana kita sebagai penganggur adalah kesalahannya sendiri? Hal inilah yang jarang dipertanyakan. Sebab kampus sudah menjadi "tempat suci" yang disakralkan. Celakanya diperparah juga oleh media yang jarang menyoal pertanggungjawaban LPT. Ini bisa dimengerti. Karena mereka turut berkepentingan dengan suburnya bisnis LPT. Diduga, guyuran pemasangan iklan, di media, saat musim penerimaan mahasiswa baru, bisa bernilai ratusan juta hingga milliaran rupiah, bahkan dengan sombongnya mereka memasang slogan, pamflet, serta iklan dengan tulisan "Unggul Dan Berkualitas", hal itu menurut penulis sangat ideal jika LPT tersebut benar-benar mengerti dan paham akan maksud dari iklan tersebut, namun yang jadi masalah adalah ketika LPT tidak mengerti dan paham dengan maksud dari iklan tersebut, sehingga penulis dapat berasumsi bahwa hal ini merupakan "dosa bersama" yang dilakukan oleh sebuah LPT untuk menarik perhatian masyarakatnya. Kondisi tersebut tidak adil. Hal ini sungguh bertolakbelakang dengan rayuan dan janji-janji saat promosi untuk menarik calon peserta didik baru di LPT,. Kalau mau jujur. Tanpa banyak disadari, sebetulnya lembaga pendidikan tinggi mencetak sampah masyarakat. Seorang bergelar sarjana menjadi tidak berguna, ketika kebingungan menentukan perannya ditengah-tengah masyarakat. LPT terkesan tidak mau tahu dengan lulusannya. Yang banyak dilakukan, hanya mencatat alumninya yang sukses bekerja. Padahal seharusnya mereka berani bertanggungjawab dengan ketidakberhasilannya membuat para sarjana eksis ditengah masyarakat. Ketidakmampuan seorang lulusan LPT yang kini jumlahnya makin membengkak, sesungguhnya lebih dipengaruhi oleh buruknya proses belajar, yang digunakan selama ini. Cukup susah untuk mendefinisikan apa saja yang menjadi penyebab utamanya. LPT, dengan segala cara, akan mempertahankan citranya tetap baik di tengah masyarakat. Semakin keras dipertanyakan kualitasnya, maka semakin hebat mereka mengelak. Tetapi ada satu jurus yang sulit untuk didebat dengan dalih apapun. Termasuk dalih tidak ilmiah, dan tidak akademis. Sebagaimana sering dijadikan penangkal, dari serangan kritik. Jika memang benar, LPT telah mendidik seseorang dengan berkualitas, beranikah mereka membuat perjanjian yang berkekuatan hukum? Alih-alih apabila ternyata lulusannya tidak sesuai, dengan janjinya saat promosi, akan sukarela digugat di pengadilan sekalipun. Olehnya sudah seyogyanya LPT memerlukan beberapa hal agar mereka dapat bersaing dalam perekrutan mahasiswa baru dan dapat menjadikan lulusannya bisa bersaing, diantaranya adalah:

Pertama, Pentingnya membuat perjanjian dengan calon siswa sebelum masuk ke LPT, akan benar-benar menjadi seleksi mana LPT yang sesungguhnya lebih berkualitas dalam mencetak sarjana. Sebab, LPT yang tidak bermutu proses belajar-mengajarnya, segera akan tersisih. Hal ini menuntut agar LPT segera mendapatkan sistem penentuan kualitas ala Badan Akreditasi Nasional (BAN), memang harus diakui penentuan kualitas dari BAN, hukumnya adalah Sunnah, namun perlu diingat bahwa banyak sarjana yang dihasilkan oleh sebuah LPT tidak diterima di dunia pasar kerja disebabkan oleh permintaan pasar yang menghendaki agar mereka menyertakan langsung sertificat yang dikeluarkan langsung oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN). Oleh sebab itu, sistem yang selama ini menjadi sebuah kebanggaan dan diterapkan oleh sebuah LPT perlu dikoreksi kembali. Untuk menentukan kualitas LPT tidak cukup dilihat, dari berapa jumlah pengajar bertitel S2 maupun S3 yang dimiliki. Kemudian perangkat fasilitas dan bangunan yang megah. Penelitian-penelitian yang meragukan akurasinya. Tentunya, akreditasi berdasarkan hal tersebut berpotensi menyesatkan serta semakin menjauhkan cita-cita LPT itu sendiri dari tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Termasuk konsekuensi bagi penyelenggara, untuk sukarela dituntut apabila tidak sesuai dengan promosi yang pernah dilakukan. Diantaranya, bersedia mengembalikan biaya pendidikan seratus persen selama proses pendidikan. Termasuk bila perlu dituntut dimuka pengadilan. 

Substansi apa yang dilakukan oleh LPT tersebut bisa menjadi bahan perenungan bersama. Kiranya, apabila tujuhpuluh persen saja para penyelenggara pendidikan dinegeri ini, termasuk LPT mampu membuat perjanjian yang berkonsekuensi hukum seperti itu, maka secara drastis pula kita akan melihat sarjana yang tidak berdaya menurun jumlahnya. Missi dan visi pendidikan LPT, seyogyanya, bukan hanya pemanis identitas saja. Tetapi perlu dituangkan secara riil mulai bentuk perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan program pendidikan yang jelas, terarah dan bertanggungjawab. 

Kedua, membuang jauh-jauh "doktrin sesat" bahwa mahasiswa yang akan masuk dan belajar diperguruan tinggi yang disosialisasikannya akan selamanya berhasil sebab lapangan pekerjaan sangat luas, ditinjau dari sisi psikologi hal ini tentunya akan sangat merugikan mahasiswa dan tenaga pengajar itu sendiri, sebab di samping mahasiswa akan semakin malas untuk memacu dirinya dalam pengembangan intelektualitasnya hal ini akan diperburuk lagi oleh keadaan para pengajar/dosen yang malas dalam mentransfer ilmunya kepada mahasiswa yang menjadi bimbingannya.

Ketiga, LPT sudah seyogyanya membuka diri dengan jaringan-jaringan yang dianggap relevan dengan pengembangan dan penunjang efesiensi proses belajar mengajar, sehingga akan tercipta suasana yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Serta membuka jaringan kerjasama dengan seluruh sekolah-sekolah yang ada dipermukaan bumi ini, sehingga dengan demikian pada saat perekrutan mahasiswa baru LPT tidak lagi menghambur-hamburkan dana tetapi hasilnya adalah nihil belaka.

Keempat, sudah saatnya LPT memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada mahasiswa untuk dapat berkreasi sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya selama hal itu dapat menguntungkan bagi dirinya dan LPT itu sendiri, dan bukan sebaliknya "memeras dan memenjarakan" segala aktivitas mahasiswa dengan cara mengurangi nilai mahasiswa, mengklaim mahasiswa itu tidak mempunyai etika, bahkan lebih tidak manusiawi lagi sampai mengancam dan memukul mahasiswa yang tidak sejalan dan seirama dengan kebijakan yang diambil oleh LPT.

Berangkat dari beberapa kemungkinan di atas maka penulis percaya bahwa birokrasi LPT yang mengumbar janji-janji akan terhindar dari dosa baru dan dosa bersama pula, sebab apa yang mereka janjikan pada saat sosialisasi benar-benar dari kenyataan yang ada di LPT tersebut. Terlepas dari janji-janji yang terasa manis dibibir dan terasa pahit rasanya adalah sangat sulit untuk direalisasikan selama LPT masih bersifat dan membawa idealismenya yang mereka dapatkan dari "zaman batu" yang tidak lagi ada relevansinya dengan zaman sekarang, zaman ini memerlukan pemikiran yang lebih serius dan matang, bukan saatnya lagi sebuah kinerja dihargai dengan penggolongan honorisasi belaka tetapi yang perlu adalah bersama-sama menciptakan suasana bersifat educatif.

2 komentar :

InsyaAllah LPT yang dimaksut seiring waktu dan pendewasaan birokrasi dan sadar dengan realitas, bisa lebih baik. amin.....

Posting Komentar

MOHON MAAF KEPADA PARA PENGUNJUNG BLOG LSBO KHALIFAH DALAM PROSES PERBAIKAN.........